PBNU: Orang yang Berdarah-darah Tak Dapat Apa-apa Itu Biasa

Jakarta – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar istigasah atau doa bersama untuk keselamatan bangsa, Rabu (31/10) malam.

Dia mengatakan, NU tak silau dengan jabatan, dan dia menyebut, dalam sejarah, orang yang sudah berdarah-darah dan tak mendapat apa-apa setelah berjuang, itu hal yang biasa.

Bacaan Lainnya

Said mengawali ceramahnya dengan menyelipkan cerita mengenai sikap para santri NU tentang jabatan. Dia bercerita, dulu banyak santri saat kumpul dan bercengkerama tidak pernah memikirkan mau kerja jadi apa dan dapat gaji berapa.

“Enggak ada itu. Entah kalau sekarang ya,” kata Said.

Menurut dia, mereka yang tidak mempertanyakan kemapanan atau imbalan tersebut merupakan santri yang kelak tak membebani masyarakat.

“Jadi yang begitu nggak akan cengeng. Enggak akan cari jabatan. Cengeng enggak? Ngemis-ngemis cari jabatan nggak?” tanya Said.

Ia lalu memberi contoh soal para kyai terdahulu yang tak silau dengan jabatan. Said bercerita tentang Kyai Mahrus Ali yang pada 1955 hendak diangkat menjadi anggota konstituante tapi menolak. Pun demikian Hasyim Asyari, hendak diangkat jadi menteri agama tapi tidak mau.

“Itu para kyai dulu, dikasih jabatan malah tidak mau. Kalau sekarang?” tanya dia ke peserta yang dijawab dengan celetukan-celetukan.

“Kecuali saya. Kecuali PBNU,” katanya melanjutkan sambil bercanda.

“Di sinilah prinsip kita, jati diri kita, posisi kita, kepribadian kita yang tidak pernah goyah. Mau orde lama, orde baru, orde reformasi, orde…,” kalimat ini dibiarkan menggantung lagi oleh Said seraya disambut tawa bersama peserta Istigasah.

Ia mengingatkan NU bukan merupakan organisasi yang condong ke politik praktis. “Pertama kita ahlussunnah wal jamaah nasionalis, kedua kita mandiri 100 persen dan ketiga tidak pernah kecewa Insyaallah. Yang kecewa? Bukan PBNU, oknum oknum,” seloroh Said lagi sembari tertawa.

Said pun berpesan agar warga nahdliyin tidak berlarut dalam kekecewaan. Sebab hidup itu harus bermanfaat.

“Kita hidup Insyaallah bermanfaat, berguna untuk nusa dan bangsa. Jangan kecil hati,” pesan Said ke lebih dari 100 orang yang datang ke Istigasah untuk Kabinet Indonesia Maju ini.

Ia mengingatkan, riwayat sejarah para tokoh ulama terdahulu yang sarat penderitaan meskipun telah berjuang. Dia menyebut bahwa sejarah mencatat, orang-orang yang sudah berdarah-darah dalam berjuang tapi malah tidak dapat apa-apa.

“Sudah biasa dalam sejarah ini bahwa orang yang berdarah-darah itu tidak dapat apa-apa. Paham nggak, paham nggak? Yang tidak berdarah-darah malah menikmatinya,” kata dia lagi.

Selesai ceramah, Said dikonfirmasi. Dia mengelak bahwa pesan-pesan yang disampaikan itu berhubungan dengan kekecewaan kalangan NU belakangan ini karena tak dapat jatah menteri di kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin.

“Bukan urusan saya dong masalah kabinet,” kata dia.

“Ya hidup ini kan memang jangan kecewa, optimis terus, Insyaallah Tuhan akan selalu bersama kita. Ngapain kecewa?” ucap Said lagi.

Sementara, Ketua Panitia Kegiatan Misbahul Munir mengatakan kegiatan doa ini sebetulnya rutin setiap bulan dilakukan. Tapi yang berbeda dalam kegiatan kali ini adalah terdapat doa Hizib Nashar.

Dia mengatakan telah menjadi tradisi NU saat menghadapi situasi sulit maka akan membekali dengan doa.

“Memang doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah itu karakternya beda-beda. Ada yang sangat genting, itu biasanya doanya pakai Hizib. Definisi genting ini kan memang pembekalan bagi warga Nahdliyin itu dibekali doa, hizib, ini senjata,” kata Misbahul usai Istigasah.

Menurut Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU ini, Hizib Nashar dan Hizib Bahar termasuk doa-doa yang kuat dalam tradisi NU. Doa ini diperuntukkan untuk menghalau pelbagai perlakuan buruk dan kezaliman yang diterima NU.

Namun dia membantah doa Hizib Nashar dan Hizib Bahar ini diperuntukkan secara spesifik kepada pemerintah yang tak memberi jatah menteri buat PBNU. Yang jelas, doa-doa ini khusus untuk kezaliman yang diterima NU.

“Kalau musuh, itu kami tidak bicara spesifik ya kepada pemerintah. Ya (doa) ini kepada yang zalim kepada NU, akan disibukkan dengan kezalimannya. NU sudah lama menghadapi situasi-situasi yang tidak mengenakkan sejak dulu,” katanya.

Meski begitu, Misbahul mengakui memang sempat ada gejolak dan kekecewaan sebagian anggota PBNU di sejumlah daerah setelah pengumuman kabinet oleh Jokowi-Ma’ruf.

“Tapi itu kan manusiawi, Pak Ketum tadi juga sudah menjelaskan. Sejarah sudah mengatakan, tidak selalu yang berdarah-darah itu mendapatkan sesuatu,” kata dia lagi. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait