Kenapa Harus BAB di Pagi Hari? Ini Alasannya

Jakarta – Pagi hari disebut sebagai waktu yang paling ideal untuk buang air besar (BAB). Hal ini diperkuat oleh penelitian yang mengemukakan alasan di baliknya. Menurut ahli pencernaan, dr Sarina Pasricha, BAB di pagi hari merupakan waktu yang tepat dan bagus untuk tubuh.

“Saat pagi hari, ketika kita pertama kali bangun, jam alarm internal berbunyi di usus kita, dan usus besar mulai berkontraksi lebih kuat. Faktanya, usus besar berkontraksi dan meremas tiga kali lebih keras pada jam pertama kita bangun dibandingkan ketika kita sedang tidur,” jelas dr Pasricha.

Bacaan Lainnya

Dikutip dari Fatherly, saat orang tidur, usus kecil dan besar bekerja untuk memproses semua sisa makanan dari hari sebelumnya. Kotoran yang terbentuk dari sisa makanan itu paling bagus dikeluarkan saat pagi hari. Kegiatan BAB ini biasanya dilakukan sekitar 30 menit setelah bangun tidur dan melewati berbagai kegiatan rutin lainnya.

“Biasanya BAB dilakukan setelah melakukan berbagai kegiatan pagi, seperti minum kopi, peregangan, dan minum air. Minum kopi di pagi hari dapat menciptakan pergerakan usus yang sehat dan membantu mengeluarkan kotoran yang tersimpan sejak malam,” ujarnya.

“Selain itu, kualitas tidur juga bisa menentukannya. Jika seseorang tidur dengan nyenyak, itu juga akan mempengaruhi kegiatan buang air besar setiap harinya,” imbuhnya.

Meskipun begitu, tidak semua orang bisa buang air besar rutin tiap paginya. BAB dengan intensitas waktu seminggu tiga kali ataupun sehari tiga kali, masih dianggap normal. dr Pasricha menambahkan, keadaan tersebut masih dalam tahap wajar dan tidak menimbulkan masalah kesehatan apapun.

Mengalami Stres

Bangun pagi ini perut terasa mulas dan ternyata kamu mengalami mencret, bisa jadi kamu sebenarnya sedang mengalami stres. Saat stres, banyak orang mengalami tegang otot, pikiran penuh, rasa sesak di dada, dan beberapa juga mengalami perubahan pencernaan.

Otak dan usus bisa berkomunikasi secara langsung, sehingga emosi dan fungsi kognitif bisa berdampak pada fungsi pencernaan dan sebaliknya. Maka dari itu, stres bisa mengganggu usus dan juga kesehatan pencernaan bisa berdampak pada kadar stres.

“Saat tubuh berada dalam kondisi stres, tubuh cenderung membakar melalui asam amino glutamin secara cepat. Bisa jadi karena faktanya glutamin digunakan untuk memproduksi GABA, pemancar saraf yang menghambar stres,” tulis situs Mind Body Green.

Meski bagus untuk menahan stres, glutamin juga menjadi sumber energi dan building block bagi sel-sel di dalam usus, yang berarti menipisnya glutamin untuk melawan stres semakin mendorong kerusakan usus.

Beberapa riset juga telah membuktikan bahwa stres mental dapat mempengaruhi sterilitas mikrobioma di dalam usus. Sehingga bisa memberi kesempatan pada patogen untuk berkembang biak dan menyebabkan ketidakseimbangan kesehatan usus dan respons stres.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi diare ini adalah menghindari konsumsi makanan yang bisa memicu inflamasi, seperti jagung, kedelai, gluten, produk susu, dan gula. Kemudian jika kamu masih merasa stres, maka istirahatkan usus dengan makanan ringan, misal kaldu seperti pada makanan soto atau bakso.

Jika kemudian kamu sadar bahwa kamu sedang mengalami stres, hindari agar tak lagi mencret dengan mengendalikan makanan yang kamu asup. Temukan cara untuk mengatasi stres tersebut dan asupi dirimu dengan makanan yang bernutrisi agar dapat menghadapi hari. (mb/detik)

Pos terkait